Khadimul Qur'an

"Dan berkata Rasul: ' Ya Tuhanku sesungguhnya kaumku
menjadikan Al Qur'an itu sesuatu yang ditinggalkan'
(Al Furqon -25- :30)
"Dan Orang-orang Kafir berkata: ' Janganlah kalian
mendengarkan Al Qur'an ini dengan sungguh-sungguh dan
buat hiruk pikuklah terhadapnya agar kalian dapat
mengalahkannya'
(Fushilat -41- : 26)

Senin, 05 Oktober 2009

Permainan 11-15

Nama Permainan: Surat Makiyyah-Madaniyyah

Peserta: Santri usia 7 –9 tahun
Waktu: 15 menit
Tujuan:
  1. Mengenalkan nama-nama surat Makiyyah – Madaniyyah
  2. Melatih motorik dan pelatihan membedakan warna

Bahan-bahan:
  • Kartu B3Q (berwarna hijau Makiyyah dan berwarna biru Madaniyyah)
  • Dua buah dus kosong, usahakan berbeda warnanya, misalnya putih dan merah

Langkah-langkah:
  1. Bagilah ke dalam dua kelompok A-B masing-masing 2-3 orang
  2. Jelaskan tugasnya, yaitu memindahkan kartu berwarna biru dan hijau ke dus yang telah disediakan di depan dalam jarak tempuh 4-5 meter
  3. Setelah siap, beri aba-aba agar setiap santri bersiap untuk memindahkan kartu warna tadi ke kotak yang telah disiapkan. Kelompok A ke kotak merah dan Kelompok B ke kotak hijau.
  4. Setelah waktunya habis (10 menit), periksalah hasil pekerjaan masing-masing kelompok sesuaikan dengan ketentuan.
  5. Umumkan hasilnya, siapa yang paling banyak memindahkan kartunya dengan benarAkhirnya, jelaskan nomor surat itu dengan nama-nama surat, dan jelaskan secukupnya apa yang dimaksud dengan surat Makiyyah dan Madaniyyah. Sesuaikan dengan tingkat usia mereka.

Nama Permainan: Petak Umpet Al Qur’an

Sasaran: Santri usia 6-8 tahunWaktu: 15 menit
Tujuan:
  1. Melatih gerak motorik, khususnya kaki
  2. Mengenal nama-nama surat dengan bantuan warna

Bahan-bahan:
  • Kartu B3Q
  • Aduk kedua jenis kartu tadi, dan bagi secara merata ke dalam dua dus kosong yang telah disediakan.

Langkah-langkah:
  1. Bagilah peserta menjadi 2 kelompok berjumlah 4 – 5 orang. Jika banyak santrinya, permainannya digilir
  2. Jelaskan aturan mainnya, yaitu kelompok A mengambil sembarang kartu pada dus A masing-masing satu buah, lalu suruh bersembunyi di sekitar lingkungan permainan.
  3. Kelompok B bertugas untuk mencari anak-anak yang sembunyi sampai ketemu. Jika ditemukan, tanyakan nomor berapa kartunya. Setelah dijawab, santri dari kelompok B menuju kotak kardus B untuk menemukan apa nama suratnya.
  4. Demikian pula untuk santri kelompok A menemukan nama suratnya di dus A. Siapa yang lebih dahulu menemukan jawabannya, maka menang dan mendapat kesempatan untuk sembunyi.
  5. Sebaliknya, jika B yang menemukan, maka yang menang dan gilirannya untuk sembunyi dengan cara yang sama.
Di akhir permainan, suruh berkumpul untuk mendengarkan penjelasan secukupnya maksud permainan tadi dan pengenalan akan nama-nama surat dan penjelasan tentang surat-surat tadi.
Nama Permainan: Langkah-langkah Al Qur’an

Sasaran: Santri usia 6 – 10 tahun
Waktu: 30 menit
Tujuan:
  1. Mengenal nama dan nomor surat
  2. Mengenal konsep jarak lewat langkah-langkah kaki
  3. Mengenal alam dan lingkungan
Bahan-bahan:
  • Kartu B3Q
  • Bendera berwarna kuning dari bahan kertas ukuran 20x25 cm berjumlah 50 buah atau lebih (secukupnya)
  • Halaman atau lapangan yang luas (lapangan sepak bola)
Langkah-langkah:
  1. Bagilah para santri menjadi beberapa pasangan, masing-masing 2 orang. Misalnya ada 10 pasangan /kelompok
  2. Aturan mainnya, tiap kelompok mendapat kesempatan untuk mengambil 1 buah kartu berwarna merah pada dus A-Merah sebanyak 5-7 kali pengambilan.
  3. Setelah itu, tunjukan atau beri tahu isinya kepada pasangannya, untuk dicarikan nama suratnya pada kartu warna kuning yang ada pada dus B-Kuning.
  4. Setelah ketemu pasanganya tadi melangkahkan kakinya lebar-lebar sebanyak nomor surat (misalnya, Yusuf [12], jadi melangkah sebanyak 12, ke arah tujuan akhir jejak langkahnya. Berhenti di sana.
  5. Pasanganya kembali mengambil kartu di dus A, lalu memberitahukan kepada pasangannya.
  6. Pasangannya memberi tanda dalam bentuk bendera yang ditancapkan Lalu berlari menuju dus B untuk mencari jawaban nomor suratnya.
  7. Setelah ditemukan, mengambil sebuah bendera warna kuning ke-2 menuju titik pertama, dan melangkahkan kakinya sebanyak nomor suratnya (missal Al A’raf [7], berarti 7 langkah.
  8. Setelah sampai, ditancapkan bendera kedua. Demikian seterusnya sampai 5-10 bendera. Hal yang sama silakukan pula oleh pasangan kelompok II, III dan seterusnya, secara bergiliran
  9. Pasangan kelompok yang paling jauh mendekati garis finish adalah pemenangnya
  10. Contoh aba-aba “Di depan kalian, ada dua dus A-Merah dan B-Kuning serta bendera warna kuning. Tugas kalian, yang seorang mengambil dengan cepat kartu merah di dus Merah dan menyerahkannya kepada pasangannya.
  11. Tugasnya adalah menemukan kartu jawabannya, dan mengambil bendera kuning untuk ditancapakan pada lokasi, menurut langkah kaki. Misalnya, kartu kuning tertulis Yusuf [12], berarti melangkah 12 langkah kaki menuju tujuan akhir, dan menancapkan bendera kuning tadi. Lakukan hal yang sama untuk pengambilan ke 2-5. Siapa yang paling jauh jaraknya, adalah pemenangnya.
Nama Permainan: Komuniqur’an

Sasaran: Usia 9-12 tahunWaktu: 30-90 tahun
Tujuan:
  1. Mengenal dan memahami Al Qur’an
  2. Melatih kemampuan menjelaskan secara efektif dan kemampuan menyimak
Bahan-bahan:
  • Kartu B3Q

Langkah-langkah:
  1. Santri terdiri dari kelompok berjumlah 3-4 orang
  2. Aturannya, setiap santri akan mendapatkan Kartu Pos Komuniqur’an yang diambil secara acak oleh wakil peserta selama permainan sebanyak 10 lembar.
  3. Santri (anggota 1) tadi meminta anggotanya (2, 3, dan 4) untuk bertanya kepadanya agar dapat menebak isi Kartu Pos Komuniqur’an tadi. Cara bertanyanya ditentukan sebagai berikut: “berhubungan dengan . . .”.
  4. Peserta yang memegang kartu pos hanya boleh menjawab “tidak“ atau “ya”.Setiap kelompok diberi waktu dua menit untuk setiap soal. Setelah 20 menit berlalu, giliran kelompok II, III, dan seterusnya.
  5. Pemenangnya adalah kelompok yang paling banyak menebak jawabanya secara benar.

Nama Permainan: Kuartet Al Qur’an

Sasaran: Santri usia 9-12 tahun
Waktu: 60-120 menit

Tujuan:
  1. Mengenal akrab informasi tentang Al Qur’an
  2. Melatih kerjasama saling memberi dan menerima

Bahan-bahan:
  • Kartu B3Q

Cara permainannya, sebagai berikut:
  1. Setiap permainan terdiri dari 4 orang, masing-masing akan mendapatkan 5 buah kartu secara acak dari hasil kocokan
  2. Setiap santri secara bergiliran menurut arah jarum jam mengambil satu buah kartu dari pemain lain, dan membuang satu kartu lain ke arah pemain yang diambil kartunya.
  3. Tujuan setiap pemain, mengumpulkan satu seri kwartet, dalam jumlah terbanyak yang apabila sudah terbentuk disimpan.
  4. Jika tidak mengambil dari teman, diberi hak untuk mengambil sisa kartu yang tersimpan di depan sampai habis.

Permainan 6-10

Nama Permainan: Yang Ingin Aku Ketahui

Sasaran: Santri usia 6-9 tahun
Waktu: 10 menitTujuan:Melatih kecepatan mengajukan pertanyaan tentang Al Qur’an

Bahan-bahan
  • Kartu B3Q
  • Pencatat waktu

Langkah-langkah:
  1. Jelaskan bahwa permainan ini untuk melatih kecepatan mengajukan pertanyaan yang benar tentang Al Qur’an
  2. Tentukan waktu, misalnya, 3 menit untuk setiap santri untuk menyusun pertanyaan secara spontan
  3. Mintalah salah satu santri untuk tampil ke depan. Tugasnya mengambil salah satu Kartu B3Q dan mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya dalam waktu 3 menit mengenai isi Kartu tersebut
  4. Perhatikan apakah pertanyaan itu benar, dan berapa banyak yang dapat ditanyakan dalam waktu 3 menit tadi
  5. Setiap selesai santri tampil, jelaskan pertanyaan mana yang benar dan mana yang salah
Nama Permainan: Melanjutkan Kisah Al Qur’an

Sasaran: Santri 6-8 tahun
Waktu: 15 Menit
Tujuan:
  1. Mampu merangkaikan suatu kisah
  2. Mampu bekerjasama dengan teman dalam menyusun kisah berdasarkan penjelasan teman sebelumnya
Bahan-bahan:
  • Kartu B3Q; Kuartet yang dapat dijadikan bahan cerita.
  • Kartu manila ukuran 5 x 5 cm yang bertuliskan bilangan 1 – 4

Langkah-langkah:
  1. Jelaskan permainan ini adalah untuk merangkaikan kisah secara bergiliran.
  2. Untuk Kartu yang berupa gambar, dikocok dan diambil secara acak oleh tiap santri.
  3. Untuk bahan berupa nomor urut, dikocok dan diambil secara acak oleh tiap santri, yang menunjukan urutan melanjutkan kisah.
  4. Santri yang mendapat bahan bergambar, diminta untuk memulai berkisah.
  5. Diskusikan siapa yang pertama kali mendapat giliran berdasarkan gambarnya.
    Untuk santri yang mendapat kartu bernomor 1, 2, 3, dan 4 secara bergantian menyampaikan kisah tertentu. Kisah tersebut dapat disepakati terlebih dahulu atau diserahkan kepada yang mendapat urutan nomor.

Nama Permainan: Meneliti Ayat Pertama Suatu Surat

Sasaran: Santri usia 8 – 10 tahun
Waktu: 15 menit
Tujuan:
  1. Mengenali adanya perbedaan dan persamaan ayat-ayat pertama dalam suatu surat
  2. Melatih cara melafalkan ayat-ayat pertama yang berbentuk huruf-huruf Hijaiyyah
  3. Melatih kepekaan penyimakan

Bahan-bahan:
  • Kartu B3Q
  • Al Qur’an dan terjemahannya

Langkah-langkah:
  1. Jelaskan maksudnya, yaitu menelaah ayat pertama suatu surat
  2. Kocoklah Kartu B3Q berikan satu kartu kepada salah seorang santri, dan minta bukalah Al Qur’an sesuai dengan kartu yang ia dapat
  3. Mintalah santri untuk mencatat atau menulis ayat-ayat pertama 10 surat pertama
  4. Tanyakan apa yang dirasakan atau difikirkan santri.
  5. Dengarkan tanpa menyelaBerilah cara yang benar membaca ayat-ayat tersebut

Nama Permainan: Meneliti Ayat Terakhir Suatu Surat

Sasaran: Santri usia 10 –12 tahunWaktu: 10 –30 menit
Tujuan:
  1. Mengenali adanya perbedaan dan persamaan isi ( terjemahan ) Al Qur’an
  2. Melatih membaca ayat-ayat tersebut secara benarMengetahui jumlah ayat setiap surat dalam setiap ayat

Bahan-bahan:
  • Kartu B3QAl Qur’an dan Terjemahnya

Langkah-langkah:
  1. Jelaskan bahwa santri akan dilatih untuk mengenali Al Qur’an secara apresiatif
  2. Kocoklah Kartu B3Q kepada salah seorang santri dan minta bukalah Al Qur’an sesuai dengan informasi Kartu B3Q yang ia dapat pada pojok kiri bawah (jumlah ayat setiap surat)
  3. Berilah contoh cara membaca yang benar setiap ayat terakhir tadi dan terjemahannyaMintalah setiap santri secara bergiliran membaca ulang ayat-ayat terakhir

Nama Permainan: Tanda Jejak (Out Bond) Al Qur’an

Sasaran: Santri usia 8 – 10 tahun
Waktu: 60 – 180 menit

Tujuan:
Melatih pengenalan alam dan lingkunganMengenal materi tentang surat dan ayat Al Qur’an
Bahan-bahan:
  • Kartu B3QAmplop berisi 2 – 3 kertas putih bertuliskan nomor tertentu
  • Persiapan panitia untuk menentukan rute dan pos-posnya

Langkah-langkah:
  1. Bagilah santri ke dalam 4 – 5 kelompok; berjumlah 5 – 7 orang
  2. Setiap kelompok mendapatkan jatah sebuah amplop yang berisi 2-3 lembar kertas putih ukuran 9x9 cm yang isinya satu nomor surat antara 1-114.
  3. Jatah amplop tersebut akan diberikan oleh panitia di tiap pos.Rute tanda jejak ditentukan lebih dahulu oleh panitia, dengan jumlah pos misalnya ada 10 pos bernama pos Al Maidah, Pos An Nahl dan seterusnya.
  4. Petunjuk jejak diberikan oleh panitia di tiap pos.Pada setiap pos, amplop akan diambil secara acak oleh salah seorang wakilnya dan diserahkan kepada penjaga pos.
  5. Kelompok tersebut akan mendapat pertanyaan atau perintah yang berhubungan dengan nomor surat tadiKelompok dapat melanjutkan perjalanan , apakah dinilai telah lulus ujian pada pos-pos tersebut dan akan mendapatkan tiket melanjutkan ke pos berikutnya. Tiket adalah nilai kelompok di pos tersebut.

Akhir permainan, setiap hasil penilaian akan dijumlahkan. Kelompok yang mendapat nilai terbesar adalah pemenangnya.

Permainan 1 - 5

Nama Permainan: Kelahiranmu Kapan ?
Sasaran: Usia santri 6-10 tahun
Waktu: 15 menit
Tujuan:
  1. Mengingat kapan kelahiran dirinya
  2. Menyadari bagaimana berat dan sakitnya ibu melahirkan
  3. Mengenal nama dan nomor surat serta ayat Al Qur’an
  4. Mencintai ibu yang telah mengandung dan melahirkannya

Bahan-bahan:

  • Kartu B3Q: Kartu Surat Al Insan dan Kartu Surat Al A’laq
  • Al Qur’an dan terjemahnya
Langkah-langkah:
  1. Mintalah santri menulis kapan kelahirannya
  2. Jelaskan dengan bantuan gambar kartu surat Al Insan proses kelahiran seorang anak
  3. Hubungkan angka kelahiran dengan nama surat dalam Al Qur’an, caranya jadikan jumlah tanggal, bulan dan tahun kelahiran menjadi nomor surat.
  4. Contoh: 01-09-2002; jadi 1+9+2+0+0+2= 14; nomor surat ke 14 yaitu surat Ibrahim

Nama Permainan: Merangkai Kisah Al Qur’an dari kelompok kuartet
Sasaran: Santri usia 5-10 tahun
Waktu: 15 menit
Tujuan:
  1. Mengenalkan nama-nama surat dalam Al Qur’an
  2. Membangun imajinasi lewat kisah dengan menggunakan nama surat
  3. Mengenal asal usul penamaan sebuah surat
Bahan-bahan:
  • Kartu B3Q
Langkah-langkah:
  1. Tunjukkan empat kartu dalam kelompok kuartet seperti kelompok surat Makkiyah (Kuartet no.1): Al An’am, Al Jinn, Al Mursalat, An Naas
  2. Ceritakanlah sebab-sebab penamaan empat surat tersebut
  3. Mintalah santri untuk merangkai empat nama surat itu menjadi sebuah cerita
  4. Berilah sebuah contoh kisahnya, Misal: Allah menciptakan hewan-hewan (Al An’am) untuk kepentingan manusia (An Naas) dan begitu juga Allah telah mengutus Malaikat (Al Mursalat) untuk membimbing manusia dan jinn (Al Jinn)

Nama Permainan: Kartu Nama Surat
Sasaran: santri usia 5-8 tahunWaktu: 10 menit
Tujuan:
  1. Mengenalkan nama-nama surat lewat kartu surat bergambar dan bernomor
  2. Membangun imajinasi nama surat lewat visualisasi
  3. Menjodohkan nomor dan nama surat lewat mencari pasangannya
Bahan-bahan:
  • Kartu B3Q
Langkah-langkah:
  1. Bagilah Santri menjadi dua kelompok. Kelompok A dan B dengan jumlah setiap kelompok empat orang
  2. Berikan setiap kelompok santri empat kartu
  3. Berilah mereka waktu 3-5 menit untuk mengingat nama surat dan nomor surat.
  4. Berikan Kartu santri A kepada santri B dan sebaliknya.
  5. Mintalah santri B untuk menyebut nomor surat dan santri A untuk menjawab nama surat dan sebaliknya.
  6. Berilah penjelasan tentang nama surat dan bantulah anak jika dalam kesulitan menemukan pasanganya.

Nama Permainan: Mengenal Surat Nama Hewan
Sasaran: Santri 5-8 tahunWaktu: 5-15 menit
Tujuan:
  1. Mengenalkan surat-surat Al Qur’an bernama hewan
  2. Menyebutkan nama-nama suratnya dengan benarMerangsang imajinasi anak tentang nama-nama binatang dalam surat Al Qur’an
Bahan-bahan:
  • Kartu B3Q
Langkah-langkahnya:
  1. Kumpulkan Kartu B3Q yang bergambar Hewan; Nomor surat: 2, 6, 16, 27, 29, 100, 105 (Al Baqarah, Al An’am, An Nahl, An Naml, Al Ankabuut, Al ‘Aadiyaat, Al Fiil)
  2. Jelaskan bahwa santri akan diajak untuk mengenal surat-surat dalam Al Qur’an bernama hewan
  3. Mintalah salah seorang santri mengambil satu kartu
  4. Mintalah anak tersebut menyebutkan apa nama gambar binatang pada kartu tersebut
  5. Mintalah santri yang lain untuk menyebut nama suratnya.
  6. Akhirnya semua santri biarkan untuk membaca semua informasi yang terdapat dalam kartu yang bergambar hewan-hewan tersebut. Nama surat, nomor surat, jumlah ayat dan sebab penamaan surat


Nama Permainan: Siapa Aku, Nama Suratnya

Sasaran: Santri usia 6-8 tahun

Waktu: 5-15 menit

Tujuan:
  1. Mengenal nama-nama surat dengan cara menjelaskan ciri-ciri tertentu
  2. Melatih imajinasi dan kemampuan menjelaskan secara lisan
Bahan-bahan:
  • Kartu B3Q; Surat nama Nabi 10, 11, 12, 14, 47, 71 (Yunus, Huud,Yusuf, Ibrahim, Muhammad, Nuuh)
Langkah-langkah:
  1. Minta salah seorang santri untuk tampil ke depan.
  2. Tunjukan beberapa gambar tadi, untuk dipilih.
  3. Setelah itu, mintalah santri tersebut menjelaskan identitas nama surat tadi, dengan caranya, tanpa menyebutkan apa nama suratnya.
  4. Guru meminta agar santri yang lain menyebutkan nama surat yang diberikan penjelasan dan cirri-cirinya.
  5. Lakukan hal yang sama kepada semua santri, sampai semua nama surat tentang nama nabi dapat ditebak dengan benar.

KH. Arif Hidayat


Ya Allah . . .

Engkaulah tujuan hidupku

Ya Allah . . .

Keridho'an-Mu adalah pencarianku

Anugerahkanlah . . .

Keridho'an-Mu

Kecintaan-Mu dan

Pengetahuan-Mu

Nabi Yusuf as

Kisah Nabi Yusuf as bermimpi

Nabi Yusuf as adalah seorang Nabi yang mempunyai keahlian mentabirkan mimpi. Nabi Yusuf Allah berikan tugas sebagai bendahara Negara, yang menjaga agar masyarakatnya mendapat kesejahteraan. “Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik (Yusuf: 55)”.

Hukum Privat dan Perkawinan

1. Wasiat

Islam sebagai rahmatan lil ‘alamiin, mempunyai hukum-hukum yang harus dilaksanakan untuk ketenangan dan menjaga hak-hak pribadi maupun hak orang banyak. Salah satu hukum yang akan menjaga berbagai macam hak pribadi adalah wasiat. “Jika seseorang kedatangan (tanda-tanda) kematian dan ia mempunyai harta hendaklah melakukan wasiat untuk orang tua dan kerabat dengan cara yang ma’ruf. Saksi yang mengetahui tentang wasiat itu tidak boleh mengubahnya. Allah senantiasa mendengar dan mengetahui. Para suami hendaklah berwasiat kepada ahli waris untuk menafkahkan isterinya dan tidak disuruh keluar dari rumah selama setahun, tetapi jika keinginan sendiri untuk keluar dari rumah tidak mengapa (Al Baqarah: 180)”.

2. Pokok hukum perkawinan, perceraian dan persusuan

Menjaga kelangsungan spesies manusia merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh Islam. Cara yang dianjurkan oleh Allah untuk menjaga itu adalah dengan jalan pernikahan. Pernikahan mempunyai tujuan yang mulia sehingga harus pula mempunyai aturan yang dikeluarkan oleh Sang Pencipta, Zat yang Paling Mulia. Al Qur’an mengatur orang-orang yang boleh dinikahi dan juga mengatur dalam mengantisifasi hal-hal yang tidak diinginkan di dalam berkeluarga (perceraian) “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh) (An Nisa’: 22)”.

3. Hukum warisan

Al Qur’an sangat menghormati tatanan keluarga dan hal-hal lain sebagai konsekwensi berkeluarga (hubungan darah). Kematian salah seorang keluarga dekat merupakan salah satu sebab seseorang mendapatkan harta warisan. Allah telah mengatur pembagian tersebut sedemikian rupa sehingga manusia diharapkan akan tetap menjaga hak masing-masing. “Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan (An Nisa’: 7)”

4. Perbuatan keji dan hukumnya

Dalam Al Qur’an beberapa perbuatan yang dianggap keji harus mendapatkan hukuman di dunia ini. Perbuatan itu adalah berzinah, menuduh orang berzinah, dan melanggar sumpah Bagi orang yang melakukan perzinahan dan keduanya belum mempunyai keluarga maka 100 kali cambukan harus diterima. “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya 100 kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman (An Nuur: 2)”

Orang-orang munafik

1. Golongan munafik

Golongan kedua manusia adalah golongan munafiq. Golongan manusia yang selalu meragukan keimanan terhadap Allah. Mereka merasa tenang beriman kepada Allah ketika mereka mendapatkan apa yang diinginkan. Pada saat ujian Allah datang mereka kembali ragu-ragu di dalam keimanan mereka.”Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh (At Taubah: 75)”.

2. Perbuatan orang-orang munafik

Keimanan yang sempurna dan keimanan yang hanya dibibir akan terlihat ketika Allah memberikan ujian. Bagi keimanan yang hanya dibibir akan merespon ujian Allah dengan berbagai macam perilaku. –Ketakutan dengan kematian dalam menegakkan agama, selalu ingin mendapat keuntungan yang bersifat instant adalah salah satu perilaku orang-orang munafik.”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya (An Nisa’: 142)”.

Perumpamaan dan Kisah Al Qur’an yang lainnya

Perumpamaan dalam Al Qur’an dan hikmah-hikmahnya

Ada beberapa perumpamaan yang Allah berikan kepada umat manusia di dalam Al Qur’an untuk direnungkan dan dipelajari. Perumpamaan harta yang dinafkahkan di kehidupan dunia, perumpamaan kalimat-kalimat yang baik dan beberapa perumpamaan lainnya. Begitu juga Allah telah menambahkan kisah-kisah orang shaleh selain para Nabi, seperti kisah Ashabul Kahfi, Kisah Dzul Qornain dan Kisah Lukman Al Hakiim. " Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (Al Baqarah: 26)”

Nabi Adam as, Nabi Nuh as, Nabi Yunus as dan Nabi Ayub as.

1. Penciptaan manusia dan penguasaannya di bumi

Adam as adalah manusia pertama yang Allah utus sebagai Nabi, dan yang mendapatkan amanat sebagai penguasa di muka bumi. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (Al Baqarah: 30)".

2. Kisah Nabi Nuh as

Nabi Nuuh adalah nabi setelah Adam as yang diperintahkan untuk membimbing manusia ke jalan Allah SWT. Perjuangan yang membutuhkan kesabaran dan keteguhan dalam menegakkan agama Allah SWT. Pembinasaan kaum Nabi Nuuh yang menolak ajakannya adalah dibinasakan dengan dahsyatnya air bah (banjir) yang turun dari langit dan yang keluar dari bumi. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat) (Al A’raf: 29)”.

3. Kisah Nabi Yunus as

Allah mengajarkan dengan cerita Nabi Yunus as bahwa memperjuangkan agama membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Pengharapan beriman hanya kepada Allah SWT. Allah lah yang menentukan seorang mau menerima keimananan atau menolaknya. “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.(Yunus: 99) ”
4. Kisah Nabi Ayub as

Ujian yang menimpa diri manusia pilihan yang sangat berat dirasakan oleh Nabi Ayub as. “dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.(84) Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya; "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan (Al Anbiya: 83)".

Nabi Huud as dan Nabi Shaleh as

1. Kisah Nabi Huud as

Nabi Huud adalah nabi yang diutus kepada kaum A’ad. Nabi Huud as mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah SWT. Allah membinasakan kaum Nabi Huud as dengan dimulai awan-awan dilangit kemudian Allah kirim angin yang sangat kencang dan sangat dingin “Dan ingatlah (Hud) saudara kaum `Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): "Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar". Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar (Al Ahqaaf: 21)".

2. Kisah Nabi Shaleh as

Nabi Shaleh as adalah nabi yang diutus kepada kaum Tsamusd. Kaum Tsamud mempunyai keahlian memahat gunung-gunung sebagai tempat tinggal. Nabi Sahleh as mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah SWT. Ujian bagi kaum Nabi Shaleh adalah unta betina. “ Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mu`jizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat." Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh: "Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan." Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan (Kami selamatkan) dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya (Huud: 63)”.

3. Cobaan terhadap Nabi Huud as dan Nabi Shaleh as

Pengusiran dan ancaman-ancaman yang diterima oleh Nabi Huud dan Nabi Shaleh. Cobaan dan ancaman yang selalu diterima oleh para nabi yang diutus oleh Allah SWT. Dan (juga) kaum `Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam (Al Ankabuut: 38)”.

Nabi Daud as dan Sulaiman as

1. Kisah Daud as

Allah SWT memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada Nabi Daud as. Kebijaksanaan yang sampai puncaknya, ilmu yang membuat besi lunak dan gunung-gunung bertasbih dengannya. “Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). “Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat ta`at kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan (Shaad: 17)”.

2. Sulaiaman as mewarisi kerajaan Daud as

Kekuasaan dan Ilmu Nabi Daud as kemudian diwariskan kepada puteranya Nabi Sulaiman as. Allah menambahkan ilmu kepada Sulaiman as sehingga bangsa Jinn menghamba kepadanya. Bahasa-bahasa hewan pun Nabi Sulaiman memahaminya “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata". Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).(An Naml: 17)”

Nabi Luth as dan Ilyas as

1.Kisan Nabi Luth as

Nabi dan Rasul yang selanjutnya diutus oleh Allah SWT adalah Nabi Luth as. Nabi ini diutus oleh Alah kepada umat yang melakukan penyimpangan dalam berhubungan sex. Nabi Luth mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah SWT dan jangan melakukan penyimpangan dari sunatullah dalam berhubungan sex. Penyiksaaan kaum Nabi Luth as adalah mereka dilempari batu dari langit. “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri." Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. kecuali Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan mereka semuanya.(Al A’raf: 80)”
2. Kisah Nabi Syu’aib as

Nabi Syuaib as mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah SWT semata. Perbuatan dosa mereka yang mewabah adalah mengurangi takaran dan timbangan di dalam berjual beli. Allah membinasakan kaum Nabi Syuaib as dengan gempa yang sangat dahsyat. “Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu`aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." Dan Syu`aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.(Al A’raf: 85)”
3. Kisah Ilyas as

Penyembahan terhadap berhala merupakan kesalahan yang juga dilakukan oleh kaum Nabi Ilyas as. Berhalah yang disembah mereka beri nama Ba’i “Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul. (Ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Ba`i dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu? (Ash Shaafaat: 123)".

Nabi Ibrahim as, Ismail as, Ishak as, Idris as dan Dzulkifli as

1. Kisah Nabi Ibrahim as

Ibrahim as adalah hamba Allah yang sangat taat kepada penciptanya (Allah SWT) dengan kebijaksanaan yang bersumber dari bimbingan Allah SWT, hatinya selalu gelisah karena belum mempunyai keturunan yang akan melanjutkan pejuangan mengajak manusia untuk mengesakan Allah SWT. Dengan kasih sayang Allah SWT diutuslah beberapa Malaikat untuk mengabarkan bahwa Ia akan mendapatkan seorang putera (Ismail dan Ishaq as) “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do`a. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do`aku (Ibrohim: 40)”.

2. Kisah Ismail

Nabi Ismail adalah Nenek Moyang Nabi Muhammad SAW. Dan Allah menceritakan tentang kisah Ismail as yang kemudian Allah jadikan beberapa kejadian menjadi ritual manasik Haji. Air Zamzam, berlari kecil antara Shafa dan Marwah (Sa’i), melempar batu-batu kecil (Jumrah) dan menyembelih hewan Qurban. “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.( Maryam: 54)”

3. Kisah Idris

Allah menceritakan juga hamba Allah yang shaleh lainnya, yaitu Idris as “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi (Maryam: 56)”.

4. Kabar gembira tentang kelahiran Ishaq as

Keturunan Ibrahim as yang menjadi Nabi adalah adik Ismail dari ibu yang berbeda yaitu Ishaq as “Dan Kami beri dia kabar gembira dengan kelahiran Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata (Ash Shaafaat: 112)”.

Nabi Isa as, Nabi Yahya dan Nabi Zakaria

1. Keutamaan keluarga Imran as

Al Qur’an menceritakan sebuah keluarga yang selalu dalam bimbingan Allah SWT. Dimulai dari Isteri Imran yang bernazar jika terlahir dari rahimnya seorang putera akan dihambakan di Baitul Maqdis. Dan ternyata yang terlahir anak wanita (Maryam), maka dia antarkan kepada Nabi Zakari untuk dididik berkhidmat. Dan pada akhirnya anak shalehah tersebutnya hamil tanpa ada yang menyentuhnya, dan melahirkan seorang Nabi yaitu Isa as. “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga `Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ingatlah), ketika isteri `Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (Ali Imran: 33)".

2. Kisah Al Masih putera Maryam

Dengan kuasa Allah SWT terlahirlah anak manusia yang terpilih Isa as dari rahim yang mulia (Maryam). Sebuah ujian yang sangat berat bagi Maryam hamil tanpa ada laki-laki yang menyentuhnya. (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh." . Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia (Ali Imran: 45).

3. Pengangkatan Yahya sebagai Nabi dan sifat-sifat keutamaannya

Nabi yang masih dari keluarga Imran adalah nabi Yahya as “Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali (Maryam: 12).

Nabi Musa as

1. Kisah Nabi Musa as
Nabi yang membebaskan Bani Isra’il dari perbudakan Fir’aun adalah Nabi Musa as. Kisah Nabi Musa salah satu kisah Nabi yang banyak diceritakan kepada Nabi Muhammad SAW. “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur (Ibrohim: 5)”.

2. Musa as bertemu dengan Nabi Khidir
Salah satu kisah pengembaraan Nabi Musa as adalah ketika beliau bertemu seorang hamba Allah (Nabi Khidir as). Nabi Musa as banyak mendapatkan pelajaran yang berharga pada diri Hamba Allah tersebut “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? (Al Kahfi: 65)"

3. Musa as dan Harun diperintahkan untuk menghadap Fir’aun
Nabi Musa as dan Harun as diperintahkan oleh Allah SWT menghadap kepada Fir’aun. Keduanya diperintahkan untuk mengajak Fir’aun beriman kepada Allah SWT. Fir’aun meminta kepada Musa untuk memperlihatkan kemukjizatannya “Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Fir`aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas (Thoha: 42)"”.

4. Penghianatan Samiri
Nabi Musa as berjuang berdakwah mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah SWT. Allah memerintahkan kepada Musa berangkat ke lembah Thur untuk menerima Wahyu-Nya. Pembinaan dakwah diserahkan kepada Nabi Harun as. dan Samiri pun menyesatkan kaum Nabi Musa as untuk menyembah anak lembu “Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami. Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, sehingga kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?" Harun menjawab: "Hai putera ibuku janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku". Berkata Musa: "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?" Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku (Thoha: 91)".

5. Kisah Musa as menerima Taurat hanya diketahui Muhammad saw dengan wahyu-Nya
Allah menceritakan kepada Nabi Muhammad SAW kisah Nabi Musa as sebagai penenang dan pendorong untuk selalu terus menerus berjuang. Kisah-kisah Nabi Musa as diketahui oleh Nabi Mhammad SAW bukan dengan cara belajar ataupun mendengar dari ahli Kitab, tapi pengetahuan itu didapati langsung dari Allah SWT “Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa, dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan (Al Qoshosh: 44)”.

Bani Isra’il

1. Beberapa perintah dan larangan kepada Bani Isra’il
Kelompok Ahli Kitab (Yahudi) adalah kelompok yang harus dihadapi oleh Dakwah Rasulullah SAW. Dan untuk menghadapinya Allah memberikan pembekalan (wahyu) tentang berbagai macam hal mengenai Bani Isral (Yahudi). Salah satu pengetahuan itu adalah mengenai hal-hal perintah dan larangan kepada Bani Isra’il. “Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-orang yang ruku. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (Al Baqarah: 41)”.

2. Perincian Nikmat Tuhan Kepada Bani Isra’il
Allah memberitahukan juga kepada Rasulullah SAW tentang nikmat-nikmat kepada Bani Isra’il dan bagaiman mereka tidak bersyukur dengan kenikmatan itu. Pemberitahuan itu bukan hanya sebagai ilmu tetapi juga sebagai sebuah pelajaran untuk umat Islam. “Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan (Al Baqarah: 50)”.

3. Pembalasan terhadap sikap dan perbuatan Bani Isra’il
Pembangkangan Bani Isra’il terhadap kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penolakan kenabian, tidak mengamalkan kitab sucinya (Taurat) dan selalu berbuat durhaka adalah beberapa sifat Yahudi yang dihadapi oleh Rasulullah SAW. “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas (Al Baqarah: 61)”.

4. Sikap orang Yahudi terhadap para Rasul dan kitab-kitab yang diturunkan Allah
Allah memberitahukan tentang sikap Yahudi terhadap para Nabi sebelum Muhammad SAW. Pengkaitan ahli sihir kepada Sulaiman as dan juga pembangkangan mereka terhadap Nabi Musa as adalah salah satu tanda bahwa orang Yahudi adalah kelompok manusia yang selalu menolak kebenaran. Allah ingin mengatakan kepada Muhammad SAW untuk tidak bersedih dengan penolakan Yahudi terhadapnya. “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Qur'an yang diturunkan Allah", mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al Qur'an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur'an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman? (Al Baqarah: 91)"
.
5. Larangan mengikuti Yahudi dan Nasrani
Keadaan Yahudi dan Nasrani dalam beragama selalu ada ketidaktaatan maka Allah melarang Nabi mengikuti Yahudi atau Nasrani. Walaupun kenyataannya ada sebagian orang-orang Nasrani yang teguh melaksanakan ajaran-ajaran mereka. “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad s.a.w (Al Maidah: 82)”.

6. Kutukan Allah terhadap orang-orang Yahudi
Allah SWT memberitahukan kepada Muhammad SAW bahwa Bani Isra’il telah dilaknati oleh Nabi-nabi sebelumnya “Telah dila`nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan `Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan (Al Maidah: 78)”.

Sejarah Nabi Muhammad saw di Madinah

1. Keimanan orang Yahudi sukar diharapkan di masa Rasulullah saw
Fase Madinah adalah Fase perjuangan ganda. Menegakkan syariat yang baru (Islam) dan menegakkan komunitas muslim. Perjuangan Dakwah di Madinah mempunyai beban yang lebih berat. Bukan hanya berdakwah pada orang yang menyekutukan Allah tetapi juga berdakwah pada kelompok orang yang sebelumnya sudah mempunyai kitab suci (Taurat dan Injil). “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya). Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?. Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): "Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mu'min) kembali (kepada kekafiran) (Ali Imran: 70-72)”.

2. Beberapa Ketentuan bagi Orang Beriman
Ada beberapa ketentuan dari Allah SWT yang menguji keimanan orang-orang muslim dimadinah dan sebagai adab bergaul dengan Rasulullah. Ketentuan untuk menguji keimanan adalah dipindahkannya kiblat bagi orang muslim untuk kembali menghadap Ka’bah dan juga tidak boleh ada alasan apapun jika Rasul telah menetapkan sesuatu. Ketentuan sebagai adab bagi orang muslim yang bergaul dengan Rasul “”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tiada memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al Mujaadalah: 12)”.

3. Peperangan dalam Sejarah Rasul di Madinah
Revolusi dan perang dalam menegakkan sebuah faham adalah sesuatu yang tidak terelakan. Begitu juga dengan komunitas baru masyarakat Islam yang terbentuk. Perjuangan untuk menegakkan dan menyebarkan kebenaran dari Allah SWT itu mau tidak mau akan berhadapan dengan orang yang menolaknya. “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya (Al Anfaal: 30)

4. Ketentuan-ketentuan Allah terhadap isteri Nabi Muhammad saw
Keluarga dalam kehidupan siapa pun akan menjadi barometer penting kesuksesan seseorang. Demikian pula pada diri Rasul, keluarga tetap merupakan salah satu komunitas yang harus mendukung perjuangannya. Dalam pandangan inilah kemudian Allah memberi beberapa ketentuan untuk pendamping Rasulullah. “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut`ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar (Al Ahzab: 28)”.

Sejarah Nabi Muhammad saw di Makkah

1. Wahyu Allah Pertama kepada Muhammad saw
Wahyu dari Allah SWT (Al Qur’an) adalah dalil otentik bahwa Muhammad SAW seorang Nabi. Pengangkatan ini merupakan awal perjuangan yang panjang dalam menegakkan agama yang baru. Kegelisahan dan keprihatinan dalam merespon keadaan masyarakat yang carut marut dari sisi akhlak terjawab dengan bimbingan Allah SWT “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (Al Alaq: 1)”.

2. Muhammad saw adalah seorang yang berakhlak agung
Modal yang dibutuhkan dalam membina masyarakat menuju masyarakat yang berakhlak dan mengesakan Allah SWT adalah bimbingan-Nya. Dimulai dari kemulian akhlak Muhammad SAW dan dikuatkan dengan bimbingan yang nyata oleh Allah “bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak) (Al Muzammil: 2) ”.
3. Penentang Nabi akan Binasa
Perjuangan menegakkan agama baru ini adalah perjuangan yang sangat berat. Nabi Muhammad SAW begitu banyak mendapatkan intimidasi dan kekerasan dari orang-orang yang tidak menyukainya. Itulah sunatullah bagi seorang Nabi, pengusiran dan intimidasi bahkan pembunuhan terhadap dirinya selalu mengancam setiap saat. Dosa besar bagi orang-orang yang melakukan kezaliman terhadap siapa pun apalagi kepada seorang Nabi. “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu'min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar (Al Buruj: 10)”.

4.Beberapa nikmat yang dianugerahkan kepada Muhammad saw
Allah SWT selalu mengawasi dan membantu Muhammad SAW dalam menegakkan agama yang baru ini. Dari awal Allah telah mempersiapkan Muhammad SAW untuk mengemban amanah sebagai seorang Nabi dan Rasul. Allah mengingatkan beberapa kenikmatan yang Allah berikan” Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan (Adh Dhuha: 5)”.
5. Teguran kepada Rasulullah saw:
Nabi Muhammad SAW sebagai manusia terkadang dalam strategi dakwah mengikuti hitungan-hitungan sifat kemanusiaannya. Disisi inilah Allah mengingatkan Muhammad SAW untuk tetap berdakwah dalam bimbingan ilahi. “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfa'at kepadanya? (Abbasa: 1)“.

6. Sebagian Ahli Kitab ada yang beriman kepada Muhammad saw setelah menyaksikan bukti kebenaran
Ahli-ahli kitab yang lurus dengan kitab sucinya dan beriman dengan syariat Nabi Muhammad SAW akan mendapatkan kebaikan yang berlipat dari Allah SWT. Ketundukan kepada kitab sucinya akan mendorong ketundukan terhadap Al Qur’an Al Karim “Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al Kitab sebelum Al Qur'an, mereka beriman (pula) dengan Al Qur'an itu. Dan apabila dibacakan (Al Qur'an itu) kepada mereka, mereka berkata: "Kami beriman kepadanya; sesungguhnya; Al Qur'an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan Kami, sesungguhnya Kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan (nya) (Al Qoshosh: 52)”.

Hukum Jinayat dan Hukum Muamalat

1. Qishas dan Hikmahnya
Bagi Al Qur’an memberi ketenangan dan rasa aman merupakan hal yang sangat penting. Dalam koridor menjaga rasa itulah Al Qur’an memberikan cara hukuman Qishas. Membunuh hukumannya adalah dibunuh kecuali jika ahli keluarga yang terbunuh memaafkannya. Begitu juga bagi pencuri (mencapai batas nisab), dia harus dipotong tangannya. Hukum Qishas bagi orang yang membunuh (orang merdeka dengan merdeka; hamba dengan hamba; wanita dengan wanita). Jika keluarga yang dibunuh memaafkan maka hendaklah yang membunuh membayar diat dengan cara yang baik (Al Baqarah: 178)"

2. Hukum riba
Mencari keuntungan ketika berniaga merupakan hal yang harus dicapai bagi siapapun. Mencari keuntungan dengan cara menzalimi orang lain sangat dilarang oleh Allah SWT. Salah satu berniaga yang dilarang oleh Allah SWT adalah melakukan kegiatan Riba. “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (Al Baqarah: 276)”

Akhlak yang baik

1. Pokok-pokok kebaktian
Al Qur’an memberi bimbingan bagi seorang muslim bagaimana dia melakukan kebaktian yang sempurna. “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (Al Baqarah: 117)”.

2. Keharusan menjaga persatuan
Menjaga persatuan merupakan tujuan dakwah Islam. Pada saat sekarang masalah inilah yang menjadi problem besar umat Islam. Kesulitan mempersatukan seluruh kekuatan yang dimiliki umat Islam mengalami berbagai macam kendala. Islam menghormati pendapat pribadi dan golongan, tetapi pendapat pribadi dan golongan itu harus tunduk kepada pendapat Allah SWT dan Al Qur’an. Allah harus menjadi tujuan akhir seorang muslim dalam segala hal, jangan sampai pendapat pribadi dan golongan menyebabkan sesama muslim menjadi terjadi hubungan yang kurang harmonis. “Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (An Nisa’: 59)”.

3. Kewajiban terhadap Allah dan terhadap sesama manusia
Muslim yang baik senantiasa harus melakukan kebaikan yang bersifat vertikal (Allah) maupun yang bersifat horisontal (antar manusia). Muslim paripurna bukan hanya pandai bermunajat kepada Allah SWT tetapi dia juga harus pandai melakukan yang bermanfaat bagi manusia. Shaleh dalam spiritual dan shaleh dalam sosial “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (An Nisa: 36)”

4. Dasar-dasar dakwah dan sikap Islam terhadap musuh
Dakwah Islam merupakan kewajiban bagi seorang muslim sebagai rasa tanggung jawab perkembangan Agamanya. Dakwah dengan berbekal kebijaksanaan, kecerdasan dan keleluasaan adalah modal yang harus dimiliki. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (An Nahl: 125)”.

5. Pedoman pergaulan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram
Hubungan antara laki-laki dan wanita mempunyai aturan tertentu dalam Al Qur’an. Batasan-batasan tersebut harus dipahami dalam koridor bahwa manusia adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah dan Malaikat. Manusia bukanlah hewan yang tidak mempunyai aturan dalam pergaulan berbeda jenis “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat (An Nuur: 30)".

Akhlak yang buruk

1. Tindakan-tindakan menghalangi beribadah
Perilaku bagi seorang muslim merupakan salah satu barometer keimanan. Perilaku (Akhlak) yang baik atau tidak baik standarisasinya adalah Al Qur’an. Kebebasan melakukan ritual sesuatu yang dijamin oleh Allah swt dengan kata lain mengahalangi orang untuk beribadah (hak individu seseorang) merupakan perilaku yang dicela oleh Al Qur’an “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat (Al Baqarah 114) ”.

2. Kebakhilan dan dusta serta balasannya
Pemikiran dasar bagi Al Qur’an bahwa semua yang dimiliki oleh seseorang adalah milik Allah. Manusia hanya mempunyai hak guna pakai. Hak ini harus berubah menjadi kewajiban untuk mengoptimalkan kemanfaatan buat orang yang membutuhkannya. Hingga Al Qur’an mencela sifat bakhil. Kekayaan tidak memberikan manfaat bagi orang lain. Kekayaan hanya dimiliki untuk diri sendiri. “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Ali Imran: 180) ”

3. Larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk kepada seseorang
Bagi seorang muslim menjaga keharmonisan hubungan antar sesama adalah hal yang dianjurkan oleh Allah swt. Segala hal yang akan merusakkan hubungan tersebut Allah sangat tidak menyukainya. Melontarkan ucapan yang buruk, mempunyai prasangka dan mengejek dengan panggilan yang tidak baik adalah salah satu contoh yang tidak disukai Allah SWT. “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim (Al Hujurat: 11)”.

4. Orang yang berbuat makar pasti mengalami kehancuran
Melakukan perlawanan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan melakukan makar dan membuat rekayasa adalah akhlak yang sangat buruk. Keburukan ini akan dirsakan baik di dunia maupun diakhirat kelak “Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari (An Nahl: 26)”

5. Celaan terhadap orang-orang yang tidak berpendirian
Ragu-ragu dalam keimanan, tidak meyakini bahwa Allah adalah tempat manusia berpegangan (Ash Shamad) merupakan salah satu akhlak yang akan berdampak di dalam kepribadiannya. Menjadi mnusia yang gamang di dalam kehidupan, mudah mengalami depresi karena tidak mempunyai tempat mengadu menghadapi persoalan hidup “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata (Al Hajj: 11)”.

Makanan, minuman dan pakaian

1. Makanan yang halal dan yang haram
Islam untuk kedamaian dan kemashlatan umat manusia mengatur seluruh aspek kehidupan. Kebutuhan-kebutuhan manusia akan makanan, minuman dan pakaian pun diatur dengan sempurna oleh Islam. Pengharaman akan sesuatu hanyalah Allah yang menetapkannya. Untuk kebaikan manusia beberapa makanan ada yang dilarang oleh Allah untuk dikonsumsi. “ Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (An Nahl: 115)”.
2. Adab Berpakaian, makan dan minum
Islam memandang pakaian bukan hanya sebagai aksesoris (pemantas) saja tetapi juga Islam memandang pakaian sebagai alat beribadah kepada Allah. Dua fungsi inilah yang harus dipahami dan dimengerti bagi seorang muslim. Nilai ibadah sebagai ketaatan dan ketundukkan kepada aturan Allah harus menjadi prioritas. “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang (Al Ahzab: 59)”.

3. Larangan riba dan perintah bertaqwa
Merugikan orang lain merupakan sesuatu yang wajib dijauhi bagi seorang muslim dalam segala kegiatannya. Begitu juga dalam kegiaatan bermuamalah dengan melakukan kegiatan riba. Islam tidak melarang dalam bermuamalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya selagi tidak merugikan orang lain. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (Ali Imran: 130) ”.

4. Kekayaan dan perhiasan hanyalaah kenikmatan hidup duniawi, sedang kebahagian akhirat dapat dicapai dengan taqwa
Kekayaan bagi seorang muslim harus dijadikan media baginya untuk selalu berbuat kebaikan dan memberikan manfaat bagi orang lain. Kekayaan bukan dijadikan alat untuk bermegah-megahan dan kesombongan. “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta`atlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun (At Taghabuun: 15) ”.

Minggu, 04 Oktober 2009

Jihad

1. Hukum Perang dalam Islam
Jihad merupakan istilah untuk pengorbanan yang diberikan kepada agama Islam, baik harta maupun jiwa. Membela kehormatan agama Islam adalah sebuah kewajiban meskipun dengan mengorbankan jiwa. “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Al Baqarah: 216)”.

2. Keberuntungan Orang Yang Berjihad di Jalan Allah
Janji-janji Allah bagi orang muslim yang berjihad di jalan-Nya (berperang/ mengeluarkan harta) merupakan janji yang mampu memotifasi orang beriman. Kebahagian Akhirat (Syurga) atau keuntungan dunia (hasil rampasan perang merupakan janji Allah yag pasti. “ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (At Taubah: 111)”

3. Sikap orang-orang munafiq dalam menghadapi peperangan
Ibadah Jihad merupakan ibadah yang sangat berat dengan pengorbanan harta dan jiwa. Ibadah ini merupakan media ujian Allah bagi orang-orang yang mengatakan beriman. Jihad mampu memilih antara keimanan yang baik dan keimanan yang munafik “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya (At Taubah: 44)”.

4. Perbedaan antara orang yang berjihad dan yang tidak berjihad karena uzur, dan yang tidak berjihad
Sangat tampak perbedaan iman antara orang yang melakukan Jihad dan orang yang enggan melakukan Jihad. “Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (An Nisa’: 95)”

Haji, Puasa, Zakat dan Shalat

1. Manasik haji

Rasa syukur dengan berbagai kenikmatan yang Allah berikan dimanifestaikan dengan beribadah kepada-Nya. Ibadah Haji adalah ibadah yang sudah ada aturannya. ”Sesungguhnya Shafaa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa`i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui (Al Baqarah: 158)”.
2. Puasa

Puasa merupakan ibadah yang disyariatkan oleh Allah sebagai media pelatihan untuk menahan berbagai macam keinginan yang tidak baik. Keinginan-keinginan inilah yang membuat manusia terkadang melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah. Ibadah ini diwajibkan pada bulan yang mulia. “ agar manusia selalu tersadarkan dengan hakikatnya merupakan keehendak Allah dengan mewajibkan puasa. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Al Baqarah: 183)”
3. Zakat dan Shadaqah

Zakat dan Shadaqah adalah kewajiban syariat yang berdampak sosial dan memberi manfaat antara sesama. Kepedulian terhadap sesama merupakan nilai yang mendasar dalam syariat Islam. “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim (Al Baqarah: 254)”.

4. Shalat
Kewajiban melakukan shalat adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar. Shalat merupakan media agar manusia selalu mempunyai benang merah untuk berhubungan dengan Allah SWT. Kondisi apapun tidak membuat shalat boleh ditinggalkan, hanya tatacara pelaksanaannya berbeda ketika kondisi normal. “Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui (Al Baqarah: 239)”.

Kamis, 01 Oktober 2009

Manusia

1. Ujian Manusia

Manusia hidup di alam dunia ini tidak penah Allah tinggalkan tanpa diuji. Sesuatu yang mengenai manusia ada yang langsung Allah berikan tanpa sesuatu sebab. Dan ada pula sesuatu yang menimpa manusia karena hukum sebab-akibat. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”. Kesabaran dan selalu bermohon kepada Allah dengan media shalat adalah sebuah solusi dalam menghadapi seluruhnya (Ar Ruum: 41)”.

2. Tuhan mengingatkan manusia kepada asal usul kejadiannya

Allah selalu menyadarkan manusia tentang dari apa dia diciptakan “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain (Al Mukminun: 12)”. Dengan diketuk kesadarannya Allah menginginkan agar manusia selalu bergerak menuju kebaikan.
3. Manusia yang dalam keadaan terjepit ingat kembali kepada Allah

Ujian tekadang menyadarkan manusia bahwa dirinya penuh dengan kelemahan. Seluruh keinginannya tidak mungkin selalu ia dapatkan. “Dan apa saja ni`mat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan (An Nahl: 53) ”. Kembali kepada Allah dan bermohon kepada-Nya merupakan sesuatu yang harus dilakukan bagi manusia yang sedang diuji.
4. Langit dan segala sesuatu yang ada di bumi, diciptakan oleh Allah untuk kehidupan manusia yang wajib disyukuri

Allah dengan limpahan kasih sayangnya telah mempersiapkan seluruh fasilitas kehidupan untuk manusia. Apa saja yang Allah ciptakan disiapkan untuk manusia ”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami) (Al Mukminun: 17)”. Hanya rasa syukur dan berbaktilah yang Allah inginkan dari manusia.
Pasal ke satu: Manusia; Al Qur'an menjelaskan secara terperinci tentang manusia. Penciptaan tentang manusia baik Jasadnya maupun Ruhnya sekaligus juga tentang tujuan penciptaannya. Dengan hamparan kasih sayang-Nya telah dipersiapkan semua fasilitas kehidupan untuk mencukupi kebutuhannya; kebutuhan Jasadnya dan kebutuhan Ruhnya.

Orang-orang kafir

1. Golongan Kafir

Golongan ketiga pembagian Al Qur’an adalah golongan Kafir. Golongan yang selalu menutupi berbagai macam kenikmatan yang Allah berikan. Golongan yang tidak dapat menangkap ayat-ayat Allah dengan semestinya. “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila`nati Allah dan dila`nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela`nati (Al Baqarah: 6)”

2. Sebab-Sebab Kekafiran

Melampaui batas, kesombongan dan berpaling dari ayat-ayat Allah merupakan salah satu sebab kekafiran. Pada saat timbul sifat itu Allah menginginkan manusia kembali kepada Allah. Kebahagian Allah sangat besar untuk hamba-Nya yang meminta ampunan atas kesalahannya. “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al Maidah: 72)”.

3. Golongan Musyrikin

Musyrik adalah kekafiran di dalam peribadatan. Keyakian bahwa ada sekutu bagi Allah sangat dicela oleh Al Qur’an. Al Qur’an memberikan penjelasan bahwa selain Allah adalah makhluk (yang diciptakan Allah).“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai `Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah: "Unjukkanlah hujjahmu! (Al Qur'an) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan orang-orang yang sebelumku (Al Anbiya’: 22)".

4. Keharusan bersikap tegas terhadap orang kafir dan munafik

Islam selalu dipertentangkan dengan kekafiran dan kemunafikan. Islam menyadarkan manusia tentang hakekat kehidupan dan tujuan manusia diciptakan. Kekafiran dan kemunafikan akan mencegah penyadaran itu, mereka akan selalu berusaha agar manusia mengikuti hawa nafsunya. Dari sisi inilah Allah menganjurkan agar bersikap tegas dengan segala kekafiran dan kemunafikan “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya (At Taubah: 73)”.
Pasal ke dua belas: Orang-orang Kafir; Orang-orang kafir menurut Al Qur'an tidak mampu menggunakan panca inderanya untuk menangkap ayat-ayat Allah, sehingga mereka diserupakan seperti hewan (bisu, buta dan tuli).

Kesentausaan orang beriman

1. Pujian Allah dan Kebahagian Orang Beriman

Allah memuji manusia beriman, mereka diselaraskan dengan Rasul dan Malaikat. Orang-orang beriman telah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. Iman inilah yang akan membuat orang beriman mendapat keberuntungan dari Allah SWT “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (At Taubah: 71)”.

2. Janji-Janji Allah Kepada Orang Yang Beriman

Allah pun membahagiakan orang-orang beriman di dunia dengan janji-janji kebahagian yang akan didapati kelak di akhirat. Orang beriman diberikan janji kebahagian kelak di akhirat agar orang beriman menyadari kehidupan yang hakekat adalah kehidupan akhirat. “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa (An Nuur: 25)”.
Pasal ke sepuluh Kesentausaan orang beriman; Orang-orang yang beriman sempurna menurut Al Qur'an akan selalu ada dalam kebahagian di akhirat kelak dan selalu mendapat pujian Allah. Telah Allah siapkan kekuasaan dan kekuatan orang-orang yang beriman karena selalu dalam pertolongan Allah.

Orang-orang yang beriman

1. Golongan orang beriman

Allah membagi manusia menjadi tiga golongan: manusia beriman, manusia munafiq dan manusia kafir. Allah memanggil manusia yang merespon ayat-ayat Allah dengan sebutan Orang-orang beriman. Manusia beriman mempunyai tanda-tanda yang telah Allah anugerahkan-hati selalu ingat pada-Nya, selalu berinfaq pada orang yang membutuhkan-. Keimanan ini adalah sebuah anugerah Allah dimana Allah selalu menguji untuk mendapatkan keimanan yang sempurna. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (Al Ankabuut: 3)”.

2. Balasan terhadap orang-orang yang beriman

Keyakinan manusia beriman bahwa Allah tidak pernah melalaikan aktifitas kebaikan merupakan pendorong di dalam melakukan setiap aktifitas. Seluruh aktifitas manusia beriman hanya diperuntukkan untuk Allah dan memberikan kebaikan pada manusia yang lainnya.”Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya (Al Baqarah: 25)”.

3. Sifat-sifat orang beriman

Pengenalan dan Keyakinan yang sempurna kepada Allah membuahkan aktifitas yang baik. Melakukan aktifitas kebaikan yang istiqamah membuahkan sifat yang dapat dilihat oleh manusia manapun. Keyakinan yang teguh dan selalu memberi kemanfaaatan buat orang lain adalah gambaran manusia beriman sempurna. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. 4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya (Al Anfaal: 3)”.
Pasal ke sembilan: Orang-orang Beriman; Al Qur'an telah memberikan gambaran secara utuh tentang siapa orang yang beriman itu. Manusia harus berusaha mempunyai sifat-sifat dan perilaku sebagai orang yang beriman yang digambarkan oleh Al Qur'an. Menggunakan semua potensi dirinya dan panca inderanya dalam menangkap ayat-ayat Allah

Syurga dan neraka

1. Pembalasan itu sesuai dengan perbuatan bukan menurut angan-angan

Seluruh kegiatan orang beriman adalah ibadah. Pemberian imbalan (pahala) atas aktifitas ibadah adalah sesuatu kenyataan. Pahala bagi aktifitas ibadah bukan angan-angan dan bukan janji-janji kosong para Rasul. Jika manusia melakukan kebaikan maka Allah berikan kebaikan, begitu juga jika manusia melakukan keburukan, Allah balas keburukan tersebut. “ (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun (An Nisa: 124)”.
2. Neraka

Neraka adalah tempat bagi manusia dan Jin yang melakukan Aktifitas keburukan dan Kekejian dan mereka tidak bertaubat kepada Allah atas kealfaannya. Panca indera yang diberikan Allah tidak dipergunakan sebagaimana keinginan pemberinya. Tempat yang tidak ada sedikit pun kenyamanan di dalamnya. Kepedihan, penyesalan dan jeritan menghiasi pemandangan di dalam neraka “ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (Al A’raf: 179)”

3. Syurga

Syurga adalah tempat bagi manusia yang melakukan aktifitas kebaikan. Tempat yang penuh kedamaian, kebahagian dan kesantausaan. Pujian dan Penghormatan adalah aktifitas ahli Syurga. Allah bersihkan ahli syurga dari keingina-keinginan yang hina. “Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman). mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya (Ar Ra’d: 35)”.
Pasal ke tujuh: Syurga dan Neraka; menurut Informasi Al Qur'an balasan amal ibadah bukan hayalan tetapi fakta yang akan diterima oleh setiap manusia. Neraka telah Allah siapkan sebagai tempat orang-orang yang mengingkari-Nya. Syurga disiapkan untuk orang-orang yang telah Allah maafkan kesalahan-kesalahannya ketika hidup di dunia.

Hari berbangkit

1. Bukti-bukti tentang kebenaran hari berbangkit

Kejadian yang lain setelah terjadinya Kiamat adalah Hari Berbangkit. Hari dimana semua manusia akan dibangkitkan oleh Allah SWT untuk dipertanyakan tentang nikmat yang Allah telah berikan kepada manusia. Allah menyadarkan kepada manusia bahwa Hari berbangkit pasti terjadinya. Orang-orang beriman harus percaya dengan yakin seyakinnya, tidak ada keraguan segidikitpun “Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu, dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali; kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan (Al Hajj: 6)”

2. Keingkaran orang kafir terhadap hari berbangkit

Dakwah Rasul yang selalu diragukan kebenarannya oleh orang kafir adalah hari berbangkit. Orang-orang kafir tidak memahami dan tidak mengerti bagaimana tubuh yang sudah menjadi tanah dan tulang belulang dapat dibangkitkan oleh Allah. “Berkatalah orang-orang yang kafir; "Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari kubur)? (An Naml: 27)

3. Hanya Allahlah yang mengetahui kapan terjadinya hari berbangkit

Hari Berbangkit dan Hari Kiamat merupakan sebuah kejadian yang merupakan rahasia bagi manusia. Kapan terjadinya dan bagaimana terjadinya adalah Haq Allah semata, tak ada manusia yang diberi pengetahuan tentang itu semua. “Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya (Al Ahzab: 63)”
Pasal ke enam: Hari Berbangkit; Al Qur'an memberikan informasi pada hari kiamat kubro ada beberapa proses kejadian dimana setelah hancur alam dunia ini kemudian Allah membangkitkan manusia menuju Alam Akhirat. Proses ini dinamakan Hari Berbangkit, pada hari ini ada wajah yang berseri-seri tetapi ada juga yang bermuram durja. Pemahaman tentang hal ini harus dapat membangun karakter-karakter yang positif.